Selasa, 02 Juli 2013

MUSNAHNYA BERHALA DI HUTAN KAYU

Nama              : Eka Wahyuni                                                                                             
No reg/kls       : 09520028/ E        
Prodi               : Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah  : Esai dan Kritik Sastra (Berhala di Hutan Kayu)
                                                  
MUSNAHNYA BERHALA DI HUTAN KAYU
            Cerpen berhala di hutan kayu ini menceritakan tentang perdebatan sengit antara nilai-nilai moral dan nilai-nilai seni. Bagaimana sesosok patung perempuan dengan telanjang ditengah kota yang tidak jauh dari sebuah masjid yang mulai jadi permasalahan dan pembicaraan yang tidak ada ujungnya antara warga sekitar dan sekelompok pemuda seni, yang terlihat dari kutipan berikut:
“ Di tengah kota yang megah, patung itu justru hadir tanpa busana sesobek pun. Di depan patung, dengan jarak tak lebih dari seratus meter, terdapat masjid besar kebanggan warga kota (Shoim Anwar,     2009:18)”.
                                           
Dari kutipan diatas jelas terlihat bagaiman tidak pantasnya sesosok patung perempuan yang telanjang di tempatkan pas tengah kota dan berhadapan pula dengan masjid itu dan dapat dinikmati oleh semua orang yang melihat dan melewatinya. Sungguh mengikis habis budaya malu mencoreng nilai-nilai agama dan moral dari negara kita, yang kebanyakan warga negaranya memeluk agama islam. Bagaiman langkah Pak Tais dan Waidi yang ingin menghancurkan patung itu, yang harus dihadang dengan beberapa pemuda seni yaitu, Hudat, Mariani, Wowo dan Waidi. Kegeraman Pak Tais yang sudah tak sabar lagi untuk meruntuhkan berhala di hutan kayu, karena sekumpulan pemuda seni yang sudah melampui batas dan tak berakhlaq serta tak punya nilai-nilai moral. Yang mengatasnamakan bawa apa yang mereka perbuat adalah suatu seni.
Sungguh hal yang sangat salah dan keblingnger kalau semua hal yang menyimpang dari  nilai-nilai agama, budaya dan moral kita dianggap suatu seni, kita tau seni adalah ruang kreatif yang membuka berbagai inspirasi dan interprestasi. Tapi kalau seni itu bukan mencerminkan serta simbol dari nilai-nilai negara kita dan berdampak negatif seperti di dalam cerpen yang mengikis habis budaya malu dan banjir jalanan yang menyebabkan kemacetan, apalah artinya arti dari seni itu. Kita tahu bahwa seni adalah bagian dari nilai-nilai negara kita, seharusnya kita bisa memilah-milah mana seni yang mencitrakan dan simbol dari negara kita yang bisa kita perlihatkan dan nikmati serta tunjuknlah bahwa inilah nilai-nilai seni kita yang tak kalah dari negara-negara lain.


Kritik Sastra:                                                                           

            Cerpen Berhala di hutan kayu karya M. Shoim Anwar ini sangat menarik untuk dibaca, bagaimana isi cerita didalam cerpen ini meskipun ringkas tapi isi cerita dalam cerpen ini tetap utuh dan menggambarkan bagaimana nilai-nilai agama dan moral negara ini sudah mulai terkikis oleh budaya asing yang menamakan dengan budaya seni, kita tidak merasakan kalau nilai-nilai dari negara kita sudah mulai dijajah dengan sedikit demi sedikit. Seni memang adalah ruang kreatif yang membuka berbagai inspirasi dan interprestasi yang bebas, tapi tentunya kita harus bisa memilah-milah mana seni yang simbol dari nilai-nilai seni budaya kita. Bukan malah kita samakan dengan seni budaya barat, karena pada dasarnya setiap negara-negara itu punya nilai-nilai tersendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar